JRB.ONE - Setiap kali kalender Hijriah berputar dan angka 1 Muharram tiba saya merasa sedang diberi kesempatan baru oleh Allah SWT. Bukan sekadar pergantian tanggal, tapi momentum yang dalam seolah-olah hidup diberi tombol “reset” untuk mengevaluasi kembali arah tujuan.
Dalam tradisi Islam, 1 Muharram bukan hanya awal tahun. Ia adalah penanda hijrah bukan sekadar perpindahan fisik dari Mekkah ke Madinah, tapi transformasi makna hidup. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat kala itu tidak hanya pindah tempat, mereka mengubah seluruh orientasi hidup: dari bertahan menjadi membangun, dari tertindas menjadi terorganisir.
Bagi saya pribadi, 1 Muharram adalah pengingat halus tapi tajam: Sudahkah saya benar-benar bergerak menuju kebaikan, atau hanya sibuk di tempat yang sama? Apakah waktu yang berjalan semakin mendekatkan saya ke Allah, atau malah menjauh?
Keutamaan bulan ini begitu jelas. Ia termasuk salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan, di mana amal baik dilipatgandakan dan dosa lebih berat timbangannya. Tapi lebih dari itu, ia adalah alarm rohani bagi siapa pun yang mau berpikir.
Kita boleh saja membuat resolusi setiap Januari. Tapi barangkali, resolusi yang benar-benar menyentuh jiwa justru lahir dari 1 Muharram karena ia bukan soal sukses dunia, tapi keberkahan perjalanan.
Penulis oleh: Farihin Al-fattah