Banda Aceh | JRB.ONE — Komunitas Mahasiswa Peduli Dayah (KMPD) bersama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UIN Ar-Raniry Banda Aceh menggelar audiensi dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Tuanku Muhammad, pada Senin (4/8). Pertemuan ini membahas pelaksanaan Syamadiyah Akbar dan kegiatan Refleksi 20 Tahun Perdamaian Aceh yang direncanakan berlangsung dalam waktu dekat.
Audiensi berlangsung dalam suasana hangat dan penuh dialog konstruktif. Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif mahasiswa untuk memperkuat sinergi antara elemen pemuda, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga semangat perdamaian Aceh pasca penandatanganan MoU Helsinki tahun 2005.
Founder Komunitas Mahasiswa Peduli Dayah, Sahabat Muhammad Afif Irvandi El Tahiry, menyampaikan bahwa agenda tersebut tidak sekadar seremoni keagamaan, tetapi juga menjadi momentum penting untuk memperkuat nilai-nilai keislaman, budaya lokal, serta merefleksikan perjalanan dua dekade perdamaian di Aceh.
“Syamadiyah Akbar akan menjadi ruang spiritual sekaligus ruang diskusi intelektual bagi generasi muda Aceh. Kita ingin membumikan semangat perdamaian dalam nuansa keislaman yang kuat. Kami berharap momentum 20 tahun perdamaian ini menjadi ajang kolaborasi antara komunitas, lembaga mahasiswa, DPRK, dan pemerintah. Tujuannya agar generasi milenial Aceh bisa tumbuh lebih baik, mengikuti jejak keteladanan Wali Aceh Tgk. Hasan di Tiro dan pejuang lainnya,” ujarnya.
Ketua PMII Komisariat UIN Ar-Raniry, Sahabat Muhammad Ikram, turut menegaskan pentingnya sinergi antara organisasi kemahasiswaan dan tokoh publik. Menurutnya, kolaborasi ini akan membangun kesadaran kolektif di kalangan muda agar tidak melupakan sejarah konflik dan proses perdamaian yang telah dilalui.
Menanggapi hal tersebut, Tuanku Muhammad selaku anggota DPRK Banda Aceh dari Fraksi Partai Aceh, menyambut baik inisiatif mahasiswa. Ia menekankan bahwa generasi muda memiliki peran sentral dalam menjaga dan merawat perdamaian agar tetap abadi.
"Kami sangat mengapresiasi gagasan ini. Kegiatan seperti Syamadiyah Akbar dan Refleksi 20 Tahun Perdamaian harus menjadi panggung utama bagi pemuda Aceh untuk merawat warisan perdamaian dan menjawab tantangan masa depan," ujarnya.
Audiensi ditutup dengan harapan agar kegiatan ini menjadi sarana kolaborasi yang bermanfaat dan membawa dampak positif bagi seluruh masyarakat Aceh. Panitia juga berharap, kegiatan tersebut menjadi simbol semangat kebersamaan antara mahasiswa, tokoh agama, dan pemerintah dalam mewujudkan Aceh yang damai, religius, dan bermartabat.[syahrul]
