20 Tahun Damai Aceh: Luka yang Tak Pernah Padam, Pengkhianatan Membakar Jiwa, dan Seruan Perlawanan Keras Berdasarkan Hukum Islam



Pendahuluan: Luka dan Pengkhianatan di Balik Damai Aceh

Dua puluh tahun sudah berlalu sejak penandatanganan MoU Helsinki yang diharapkan menjadi awal kedamaian dan kesejahteraan bagi rakyat Aceh. Namun, kenyataan yang menyakitkan justru menunjukkan luka mendalam yang tak kunjung sembuh. Dana Otonomi Khusus yang mestinya menjadi berkat berubah menjadi lahan korupsi oleh para elit yang mengkhianati amanah rakyat. Kedaulatan Aceh yang termaktub dalam UUPA kian terkikis oleh intervensi pusat dan perilaku penguasa yang zalim.

Amanah Kepemimpinan dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis

Kepemimpinan dalam Islam adalah amanah berat yang wajib dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan keadilan.

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil." (QS. An-Nisa: 58)

Nabi Muhammad bersabda:

"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari & Muslim)

Pemimpin yang mengabaikan amanah ini, menzalimi rakyat, dan memperkaya diri dari hasil penderitaan mereka, akan mendapatkan siksa berat dari Allah SWT.

Perjuangan Para Pejuang GAM dan Ulama Aceh: Jihad Fi Sabilillah

Para pejuang seperti Dr. Tgk Hasan di Tiro, Abdullah Syafi'i, Ishak Daud, Abuya Muda Waly, Abu dan Abon Seulimum, serta Panglima Tengku Chik Di Tiro telah mengorbankan segalanya demi keadilan dan kedaulatan Aceh. Perjuangan mereka adalah jihad fi sabilillah, menegakkan nilai Islam Aswaja yang moderat dan rahmatan lil 'alamin.

Pengkhianatan Dana Rakyat dan UUPA: Janji yang Dikhianati

Dana Otsus dan ULIPA yang menjanjikan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat Aceh kini menjadi ladang eksploitasi oleh para elit koruptor. Sebagaimana ditegaskan oleh Prof. Dr. Farid Wajdi, dana rakyat adalah amanah yang harus dijaga dan dikelola secara transparan serta bertanggung jawab.


Kaidah Ushul Fiqh:

Melawan Kezaliman adalah Kewajiban Agama


Dalam kaidah ushul fiqh terdapat prinsip-prinsip:

- Al-Amr bi al-Ma'ruf wa al-Nahy 'an al-Munkar (memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran)- La Darar wa la Dirar (tidak boleh menimbulkan bahaya dan kerugian)- Al-'Udwan Yuzal (segala bentuk penindasan harus dihilangkan)

Pemimpin yang lalim dan mengabaikan rakyat wajib diperangi dan diganti demi menegakkan keadilan.

Pandangan Imam Syafi'i tentang Kepemimpinan dan Rakyat yang Tidak Diayomi

Imam Syafi'i menegaskan dalam karya-karyanya bahwa jabatan kepemimpinan adalah amanah besar. Pemimpin harus memelihara rakyat, menjamin keamanan dan keadilan, serta tidak boleh menindas atau mengabaikan rakyatnya.

Imam Syafi'i mengajarkan:

- Pemimpin yang menzalimi rakyat berdosa besar dan harus dimintai pertanggungjawaban di akhirat.- Rakyat berhak melakukan perubahan jika pemimpin menindas dan mengabaikan hak-hak mereka sesuai dengan prinsip syariat.-Menegur dan melawan kemungkaran dengan tangan, lisan, dan hati adalah kewajiban bagi setiap Muslim (HR. Muslim).

Harapan Keluarga Korban Konflik Aceh

Keadilan Sejati: Pengusutan tuntas pelanggaran HAM dan kejahatan selama konflik tanpa kompromi.- Pemulihan Psikologis dan Sosial: Program rehabilitasi untuk menyembuhkan luka batin dan trauma.- Pemberdayaan Ekonomi: Meningkatkan kesejahteraan keluarga korban agar tidak terpinggirkan. Penghormatan dan Pengakuan: Pengakuan resmi atas pengorbanan dan perjuangan para korban.- Partisipasi dalam Proses Damai: Melibatkan keluarga korban dalam rekonsiliasi dan pembangunan Aceh.

Seruan Keras dari Founder KMPD Tgk. Muhammad Afif Irvandi El Tahiry: Lawan Kezaliman dengan Iman dan Keberanian!

Sebagai bagian dari generasi muda dan pelanjut perjuangan ulama serta pejuang Aceh, saya mengajak seluruh rakyat Aceh untuk tidak pernah lelah melawan kezaliman dan ketidakadilan. Kita wajib berdiri teguh menuntut keadilan yang sebenar-benarnya, bukan sekadar damai di atas penderitaan kami.

Pemimpin yang menindas rakyatnya bukanlah pemimpin yang diridhai Allah, melainkan pelaku dosa besar yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. Kita harus bersatu, bersuara lantang, dan berjuang dengan landasan Iman serta syariat agar amanah ini tidak dikhianati.

Damai sejati hanya akan terwujud bila keadilan ditegakkan, korban diakui, dan masa depan Aceh dirancang bersama dengan kejujuran dan keberanian.

Tanggapan dan Pernyataan Bersama: Menjaga dan Merawat Cerita Perjuangan Demi Generasi Aceh Mendatang

Sebagai bagian dari upaya menjaga warisan perjuangan dan agar sejarah ini tidak hilang ditelan zaman, kami, berbagai elemen masyarakat termasuk ulama, habaib, akademisi, aktivis kampus, dan komunitas dayah, dengan tegas menyatakan:

- Kewajiban menjaga dan merawat sejarah perjuangan Aceh, agar generasi muda memahami harga darah yang tertumpah dan tidak melupakan pengorbanan para syuhada.- Menolak segala bentuk revisi dan pengaburan fakta sejarah yang menghilangkan makna perjuangan dan menghapus peran korban. Mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif menjaga amanah perdamaian yang sebenar-benarnya, bukan sekadar seremonial, tetapi diwujudkan dalam keadilan, kesejahteraan, dan penghormatan hak asasi manusia.- Mendorong pembentukan ruang diskusi dan. pendidikan sejarah lokal berbasis syariat Islam dan nilai Aswaja untuk memperkuat kesadaran berbangsa dan beragama.

Amanah Syuhada dan Janji Umar bin Khattab

Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu bersabda:

"Kami adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam. Jika mencari kemuliaan selain darinya, Allah akan menghinakan kami."

Kami Komunitas Mahasiswa Peduli Dayah berkomitmen menjaga amanah ini dengan penuh kesungguhan dan semangat membara. Damai tanpa keadilan bukanlah damai sejati. Mari kita teruskan perjuangan ini demi masa depan. Aceh yang lebih baik, berlandaskan syariat Islam dan nilai-nilai Aswaja rahmatan lil 'alamin.

Api Perlawanan Ulama Besar Aceh: Abuya Muda Waly dan Tengku Chik Di Tiro

Ketika sebagian elite lupa pada janji-janji suci MoU Helsinki dan amanah UUPA, ulama-ulama besar Aceh seperti Abuya Muda Waly dan Panglima Ulama Tengku Chik Di Tiro terus menggelorakan semangat perlawanan terhadap kezaliman dan pengkhianatan.

Abuya Muda Waly pernah tegas berkata:" Tidak ada yang lebih hina daripada pemimpin yang mengkhianati rakyatnya. sendiri, memakan harta mereka dengan cara haram, dan menutup pintu keadilan bagi yang tertindas. Kita harus berdiri bersama melawan kezaliman ini, bukan tunduk dalam diam."

Tengku Chik Di Tiro, sosok legendaris yang mengobarkan perjuangan Aceh melawan penjajah, mengingatkan:" Jihad bukan hanya dengan senjata, tapi juga dengan membela rakyat dari kezaliman penguasa yang tidak menepati janji. Pemimpin yang menindas bukan pemimpin sejati, melainkan pengkhianat amanah Ilahi."

Para ulama Aceh, termasuk Abu dan Abon Seulimum, Abuya Muda Waly, serta habaib dari berbagai dayah, selalu mengajarkan bahwa:

-Pemimpin yang zalim wajib diperangi dan dilawan, selama perjuangan tersebut tidak keluar dari syariat Islam.-Keadilan sosial dan perlindungan terhadap rakyat kecil adalah rukun utama kepemimpinan Islam yang tidak bisa ditawar- Membiarkan pengkhianatan dan korupsi berarti menyetujui kehancuran umat dan penistaan agama.

Imam Syafi'i, yang menjadi rujukan ulama Aceh, menegaskan bahwa pemimpin yang mengabaikan rakyat dan menimbulkan kerusakan adalah dosa besar yang harus diperbaiki atau diganti.

Kini, apa yang terjadi? Dana rakyat yang seharusnya menjadi jalan keluar kemiskinan dan ketidakadilan, justru menjadi alat penghisapan baru. Pengkhianatan terhadap korban konflik dan rakyat miskin terus berulang.

Kami, para pejuang intelektual dan spiritual Aceh, menolak damai yang dibangun di atas penderitaan dan kezaliman elit penguasa.

Seruan membara Founder KMPD Tgk Muhammad Afif Irvandi El Tahiry:

"Ulama-ulama besar Aceh telah memberikan contoh nyata: melawan kezaliman adalah wajib, bukan pilihan. Sebagai generasi penerus, kami menolak diam dan tunduk.

Kami menyerukan perlawanan terus menerus terhadap penguasa yang menindas rakyat dengan segala cara. Jangan biarkan darah para syuhada dan jerih payah rakyat Aceh dicemari oleh korupsi dan pengkhianatan.

Ini adalah perjuangan suci yang wajib dilanjutkan dengan ilmu, iman, dan kekuatan. Kami mengajak seluruh masyarakat, khususnya para pemuda, ulama, dan aktivis, untuk bangkit dan bersatu melawan kezaliman dalam bentuk apapun.

Pendapat Ulama Aceh yang Paham Politik: Menjaga Amanah Rakyat dan Menolak Kezaliman

Ulama Aceh yang memiliki pemahaman mendalam tentang politik tidak hanya menekankan aspek spiritual, tetapi juga bagaimana menjalankan kepemimpinan dan pemerintahan sesuai dengan prinsip syariat Islam dan nilai-nilai Aswaja yang moderat. Mereka menjadi suara kritis terhadap ketidakadilan dan kezaliman dalam struktur politik Aceh.

Salah satu ulama yang sangat dikenal adalah Abuya Muda Waly, yang mengingatkan bahwa ulama harus menjadi benteng moral dan penuntun rakyat agar pemimpin tidak tersesat dalam kekuasaan yang merusak. Beliau mengajarkan bahwa politik harus diarahkan pada kemaslahatan umat, menolak segala bentuk korupsi dan pengkhianatan yang merugikan rakyat kecil.

Tengku Chik Di Tiro, selain sebagai pejuang fisik, juga ulama yang mengajarkan bahwa kepemimpinan yang mengabaikan janji dan kesejahteraan rakyat adalah pemimpin yang melanggar amanah dan wajib diperangi dalam konteks jihad melawan tirani.

Selain itu, ulama-ulama dayah lainnya seperti Tgk. Muhammad Yusuf A. Wahab, Tgk. H. Hasbi Abdullah, dan Tgk. Muhammad Nur menyuarakan pentingnya integritas dan keadilan dalam politik, menolak penyelewengan dana rakyat, dan mengingatkan bahwa rezim yang menindas rakyat tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dalam konteks politik Aceh pasca damai, para ulama ini secara tegas menolak pelanggaran terhadap UUPA dan MOU Helsinki yang telah menjadi payung hukum perdamaian, mengingatkan bahwa pengkhianatan atas perjanjian tersebut berarti pengkhianatan terhadap darah syuhada dan perjuangan rakyat Aceh.

Seruan mereka adalah agar seluruh elemen masyarakat, terutama pemimpin, senantiasa mengedepankan keadilan, transparansi, dan kesejahteraan rakyat sebagai amanah dari Allah SWT, serta menolak keras segala bentuk korupsi dan kezaliman yang menjauhkan Aceh dari cita-cita damai dan kemerdekaan sejati.

Pendek kata, ulama Aceh yang paham politik adalah garda terdepan dalam menjaga moralitas dan legitimasi politik di Aceh, mengingatkan bahwa politik tanpa keadilan dan syariat hanyalah sumber penderitaan bagi rakyat dan kehancuran bangsa.

Penutup : Api Perjuangan yang Tak Pernah Padam Menapak Jejak Tan Malaka dan Sumber Hukum Al-Qur'an dan Hadist

"Revolusi bukanlah pesta kebun, bukan pula perjalanan wisata yang menyenangkan. Revolusi adalah jalan berduri, jalan penuh ranjau, jalan penuh darah dan air mata."Demikian kata Tan Malaka, sang pejuang sejati yang tidak gentar menghadapi gelombang penindasan dan pengkhianatan. Semangat itu harus menjadi nyala api dalam dada setiap generasi Aceh untuk terus bangkit melawan segala bentuk kezaliman, pengkhianatan, dan kemunafikan.Damai yang dibangun di atas penderitaan dan pengkhianatan bukanlah damai sejati. Kami menolak damai semu yang mematikan harapan dan membungkam jeritan rakyat. 

"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman dan membinasakan orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hajj: 38)

"Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya; dan itu adalah selemah-lemah iman." (HR. Muslim)

Kami, generasi penerus para ulama, pejuang, dan syuhada Aceh, berjanji untuk terus menyalakan api perlawanan yang membakar kebatilan dan menegakkan keadilan. Demi Aceh yang merdeka, adil, dan makmur sesuai syariat Islam dan nilai-nilai Aswaja, kami akan terus berdiri teguh - hingga kezaliman runtuh dan kebenaran menang!

Kita tidak boleh membiarkan kezaliman merajalela. Perjuangan ini adalah tanggung jawab bersama demi Aceh yang benar-benar merdeka, adil, dan makmur di bawah naungan syariat dan nilai-nilai Aswaja.


Penulis oleh Tgk. Muhammad Afif Irvandi El Tahiry, Founder Komunitas Mahasiswa Peduli Dayah (KMPD)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama