Sanggar Suluk Nusantara: Lansia S3 Lestarikan Budaya Nusantara

Depok | JRB.ONE — Seni pertunjukan ternyata dapat menjadi sarana untuk menjaga kesehatan para lanjut usia (lansia). Dengan berlatih seni budaya, para lansia dapat berkumpul, bersosialisasi, bernyanyi, dan menari. Mereka menjadi lebih bahagia, sehat dan berpenghasilan dari seni pertunjukan. Hal ini terungkap di kegiatan Pementasan Seni Budaya yang dilaksanakan  Sanggar Suluk Nusantara. 

“Para lansia bukan lagi identik dengan 3S, yaitu Sepuh, Sepi, dan Sepah. Tapi, menjadi S3 (Senang, Sehat, dan Sejahtera). Ini sejalan dengan slogan kami di Kementerian Kesehatan, yaitu Lansia Smart (Sehat, Mandiri, Aktif, dan Produktif),” ujar Ari Setianingrum, yang mewakili Direktur Layanan Kesehatan Kelompok Rentas Kementerian Kesehatan RI. 

Semarak acara semakin terasa dengan berbagai penampilan seni budaya oleh para lansia. Mulai dari Tari Sekar Puri, Tari Legong Bali, Karawitan, pertunjukan Angklung hingga Keroncong. Puncaknya adalah penampilan Tari Gatot Koco oleh Slamet Indraraharja dan Bondan Kendhi oleh Nurwantoro. Meski sudah berusia 85 tahun, Eyang Slamet yang merupakan penabuh gendang Istana Negara mampu menampilkan sosok Gatot Kaca yang perkasa dengan sangat enerjik. Sama halnya dengan Eyang Nur yang berusia 77 tahun, namun tariannya dapat menampilkan kelembutan dalam menjaga kendi dan bayi. Pensiunan auditor forensik itu masih aktif menampilkan berbagai tarian tradisional. 

Setiap pertunjukan menghadirkan nuansa khas Nusantara yang penuh nilai budaya, sekaligus menghubungkan generasi muda dengan warisan leluhur. “Sanggar Suluk Nusantara sekarang memiliki kelas yang beragam. Dulu kami mulai dari Karawitan dan Tari Tradisional, lalu ditambah Angklung dan Kenroncong. Meski sebagian besar pesertanya adalah lansia, tapi ada juga anak muda yang bergabung sebagai sarana pewarisan seni budaya,” ungkap Bambang Wiwoho, Ketua Dewan Pembina Yayasan Sanggar Suluk Nusantara, saat membuka acara. 

Sanggar ini juga digerakan oleh kegiatan filantropi. Hal ini ditegaskan oleh Parni Hadi, Insiator dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa. “Awalnya kami bingung saat mendapatkan wakaf Gamelan dari Ibu Trusti Mulyono. Alhamdulillah bertemu dengan Suluk Nusantara ini sehingga bisa digunakan untuk kegiatan pemberdayaan lansia,” katanya. 

“Mencari dana untuk seni budaya tidak mudah. Berbeda dengan mencari dana untuk penyintas bencana alam dan lain sebagainya. Oleh karenanya, kita harus mulai untuk menggalang dana untuk kegiatan dan pemberdayaan melalui seni budaya. Kita dapat mengumpulkan dana zakat lalu digunakan untuk kegiatan pemberdayaan dengan tema-tema seni budaya seperti ini. Menjaga kesehatan dan menunaikan zakat adalah dua perintah Allah yang berjalan beriringan demi kehidupan yang sejahtera dan bermakna,” tambahnya. 

Acara ditutup dengan harapan agar Sanggar Suluk Nusantara terus berkembang sebagai pusat seni budaya sekaligus ruang produktif bagi para lansia. Dengan dukungan berbagai pihak, sanggar berkomitmen menjaga warisan budaya Nusantara tetap hidup dan bermakna untuk generasi mendatang.[*]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama