Lhokseumawe | JRB.ONE – Dunia pendidikan di Aceh Timur kembali menjadi sorotan tajam. Terungkap fakta memilukan bahwa puluhan siswa SD Negeri Seuneubok Teungoh, Kecamatan Darul Ihsan, harus menimba ilmu dalam kondisi sangat memprihatinkan: tanpa meja dan kursi, bahkan terpaksa menulis sambil tiarap di lantai kosong.
Kondisi menyedihkan ini langsung dirasakan bagi siswa kelas 1 dan 2 menjadi kelompok paling terdampak. Mereka menjalani proses belajar mengajar dalam posisi yang tidak ergonomis, hingga banyak yang mengeluhkan sakit punggung akibat kondisi belajar yang tidak layak.
Menanggapi situasi ini, Amriya Zanur, seorang mahasiswa Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Malikussaleh (Unimal), menyatakan keprihatinan mendalam. Ia mendesak Pemerintah Kabupaten Aceh Timur untuk segera bertindak.
“Pendidikan adalah hak dasar warga negara. Apa yang terjadi di SD Negeri Seuneubok Teungoh ini adalah bentuk nyata kelalaian sistemik. Pemerintah daerah harus segera menanggapi laporan yang selama ini diabaikan. Tidak cukup hanya dengan alokasi anggaran, tetapi perlu pengawasan dan aksi nyata di lapangan,” tegas Amriya.
Amriya juga menyoroti lemahnya respons dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Timur yang, menurutnya, sudah berkali-kali menerima laporan dari pihak sekolah namun tak kunjung menunjukkan upaya konkret. “Sudah saatnya pemerintah hadir secara serius di setiap kecamatan. Jangan tunggu viral dulu baru bertindak,” tambahnya.
Kondisi di sekolah itu diperparah oleh sistem belajar bergilir akibat keterbatasan ruang kelas. Siswa kelas satu dan dua harus belajar secara bergantian, bahkan harus menyapu lantai sendiri untuk persiapan ruang belajar. Situasi ini semakin memburuk lantaran banjir berkala yang kerap melanda dan mempercepat kerusakan fasilitas sekolah.
Amriya menegaskan bahwa mahasiswa tidak akan tinggal diam menyaksikan krisis pendidikan terus berlanjut. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat dan civitas akademika untuk bersama-sama mengawal isu pendidikan agar tidak lagi menjadi korban dari abainya birokrasi.[*]