JRB.ONE - Apa jadinya jika masyarakat terus-menerus dilanda banjir setiap kali musim hujan tiba? Pertanyaan ini bukan sekadar retorika, melainkan kenyataan pahit yang terus menghantui kehidupan warga Desa Danau Tras, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam. Setiap kali hujan deras mengguyur, genangan air kembali menutup jalan dan menghambat aktivitas warga. Banjir di desa ini bukan lagi semata masalah alam, tetapi juga mencerminkan lemahnya sistem tata ruang dan kesadaran lingkungan.
Pada Jumat sore, 17 Oktober 2025, air meluap dari arah drainase dan menutupi badan jalan lintas utama desa. Sejumlah kendaraan tak dapat melintas, dan warga yang hendak menuju pusat kota terpaksa menunggu hingga air surut. Situasi seperti ini seolah menjadi rutinitas tahunan yang melelahkan.
Seorang warga, I.H., mengungkapkan kekecewaannya, “Setiap kali hujan deras, kami sudah tahu apa yang akan terjadi. Air pasti naik dan menutupi jalan, tapi sampai sekarang belum ada solusi nyata dari pemerintah.”
Banjir yang berulang seharusnya menjadi sinyal penting bagi pemerintah daerah untuk segera bertindak. Perlu evaluasi menyeluruh terhadap sistem drainase, tata ruang, dan pola pembangunan. Penyempitan saluran air, pembuangan sampah sembarangan, serta perubahan tata guna lahan menjadi faktor utama yang memperburuk situasi.
Delviana, mahasiswa asal Desa Danau Tras, menilai bahwa banjir yang terus terjadi harus menjadi prioritas utama pemerintah setempat. “Kami berharap pemerintah memberikan solusi konkret agar persoalan ini tidak terus berulang. Penanganan banjir bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan,” ujarnya.
Ia menegaskan, banjir tidak boleh dianggap sebagai kejadian rutin yang bisa diterima begitu saja. Pemerintah perlu memperbaiki sistem drainase, menata kembali aliran sungai, serta menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan.
Banjir bukan hanya bencana alam, tetapi cerminan dari tanggung jawab bersama yang belum dijalankan dengan baik. Sudah saatnya masyarakat dan pemerintah berhenti menunggu banjir berikutnya datang. Langkah nyata harus segera dilakukan—mulai dari memperbaiki drainase, menata kawasan rawan genangan, hingga menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan.
Jika semua pihak bersatu dalam kesadaran dan tindakan, Desa Danau Tras bukan hanya akan terbebas dari genangan air, tetapi juga bisa menjadi contoh nyata bahwa perubahan dapat dimulai dari kesadaran kolektif warganya.
Penulis : Dalmiati - Mahasiswa Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala
