80 Tahun Indonesia Merdeka: Refleksi Sejuk dari PMII Rayon Laksamana Malahayati UIN Ar-Raniry


Banda Aceh | JRB.ONE – Menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Laksamana Malahayati Fakultas Ushuluddin UIN Ar-Raniry menggelar refleksi kebangsaan dengan tema “Kemerdekaan, Keadilan, dan Persaudaraan dalam Bingkai Islam Rahmatan lil ‘Alamin”. Acara tersebut diisi dengan diskusi dan pembacaan doa bersama yang menekankan pentingnya merawat kemerdekaan dengan semangat agama, kebangsaan, dan nilai kemanusiaan.

Ketua PMII Rayon Laksamana Malahayati, Sahabat Muhammad Afif Irvandi El Tahiry, menyampaikan pandangan tajam namun sejuk terkait 80 tahun perjalanan Indonesia. Menurutnya, kemerdekaan bukan sekadar hadiah, tetapi amanah yang harus dijaga dengan prinsip-prinsip Islam yang menegakkan keadilan, persaudaraan, dan kesejahteraan rakyat.

“Allah berfirman dalam Al-Qur’an: 

Wa’tashimū bihablillāhi jamī‘an wa lā tafarraqū (Berpegang teguhlah kalian pada tali agama Allah, dan janganlah bercerai-berai) \[QS Ali Imran: 103]. Kemerdekaan hanya bermakna apabila ia dirawat dengan persatuan, keadilan, dan keberpihakan pada kaum lemah. Rasulullah SAW juga bersabda: Khairunnās anfa‘uhum linnās (Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya),” ujar Afif.

Afif menegaskan bahwa dalam bingkai hukum Islam, terutama Aswaja, kemerdekaan harus ditafsirkan sebagai kebebasan dari segala bentuk penindasan. Ia merujuk kaidah ushul fiqh: 

Dar’ul mafsadah muqaddam ‘ala jalbil mashlahah (Menghindari kerusakan harus didahulukan daripada meraih kemaslahatan). 

Menurutnya, pemerintah maupun rakyat perlu lebih serius mencegah ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, dan kerusakan moral, agar kemerdekaan tidak kehilangan makna.

Pandangan tersebut sejalan dengan warisan ulama besar Islam. Imam Al-Ghazali menekankan bahwa negara akan runtuh bila keadilan ditinggalkan, meski ia dipimpin oleh orang kuat. Ibnu Rusyd menilai hukum adalah instrumen menjaga keseimbangan kehidupan, sementara Ibnu Farabi memandang negara ideal adalah yang menyejahterakan rakyatnya dalam harmoni akhlak. 

Habaib seperti Habib Umar bin Hafidz dan Habib Ali al-Jufri kerap mengingatkan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, sejauh ia dijalani dengan akhlak mulia dan pengabdian kepada Allah.

“Ulama dan habaib mengajarkan kita bahwa kemerdekaan bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tapi juga dari penjajahan hawa nafsu, korupsi, dan perpecahan. Tugas kita, generasi muda, adalah mengisinya dengan ilmu, amal, dan akhlak,” tambah Afif.

PMII Rayon Laksamana Malahayati dalam refleksi ini menyerukan agar momentum 80 tahun kemerdekaan menjadi titik balik untuk memperkuat nilai-nilai agama, memperkokoh persatuan, dan memastikan hak-hak rakyat tidak diabaikan. Dengan semangat Islam rahmatan lil ‘alamin, mereka mengajak semua elemen bangsa untuk terus menjaga keutuhan Indonesia sebagai rumah bersama.[syahrul]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama