Gunungkidul | JRB.ONE – BSI Maslahat, Bank Syariah Indonesia (BSI), dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul resmi meluncurkan program Kick Off Wakaf Uang di Hotel Santika, Gunungkidul. Program ini bertujuan menanggulangi masalah stunting yang masih menjadi tantangan serius di wilayah tersebut, melalui pengelolaan dana wakaf secara profesional oleh BSI Maslahat sebagai nadzir wakaf.
Inisiatif ini dirancang untuk mendukung upaya Pemkab Gunungkidul dalam menekan angka stunting yang tinggi. Program ini sejalan dengan gerakan nasional penanggulangan stunting, yang merupakan prioritas utama pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Direktur Waqf and Empowerment BSI Maslahat, M. Sobirin, dalam sambutannya mengatakan, “Hari ini kita tidak hanya menyaksikan seremoni, tapi memulai langkah strategis untuk mengubah keadaan. Program Kurban for Stunting menjadi contoh nyata bagaimana ibadah kurban dan wakaf bisa menjadi solusi jangka panjang bagi masalah gizi dan ketimpangan sosial.”
Melalui program tersebut, hewan kurban diolah menjadi makanan bergizi seperti rendang kaleng dan daging beku. Produk tersebut kemudian disalurkan kepada keluarga pra-sejahtera yang rawan stunting, dengan pengelolaan yang amanah dan profesional oleh BSI Maslahat.
Selain itu, BSI Maslahat juga tengah menyiapkan program Daycare for Stunting yang berkonsep kolaboratif. Anak-anak yang mengalami stunting akan dipantau secara intensif dari sisi asupan gizi, pendidikan dasar, dan pembinaan spiritual, dalam sebuah ekosistem terintegrasi layaknya rumah tumbuh harapan. “Kami mengajak seluruh stakeholder — pemerintah, swasta, lembaga zakat dan wakaf, serta masyarakat sipil — untuk bersama-sama membangun daycare sebagai pusat intervensi dini dan kolaboratif,” ajak Sobirin.
ISE Manager Regional Office VII BSI, Roni Irawan, turut menyampaikan bahwa Wakaf for Stunting merupakan bagian dari amanah pemerintah kepada BSI untuk mendukung gerakan wakaf secara nyata dan terukur. “Wakaf bukan hanya sedekah, tapi strategi peradaban. Ia memberi dampak jangka panjang dan menjadi warisan kebaikan lintas generasi. Jangan tunggu kaya untuk berwakaf, tapi berwakaflah, maka Allah yang akan mencukupkan,” pesannya.
Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, menyampaikan bahwa prevalensi stunting di wilayahnya terus menurun. “Angka stunting nasional tahun 2021 sebesar 21,5 persen kini turun menjadi 19,8 persen. Sementara di Gunungkidul sudah mencapai 14,35 persen. Artinya, tinggal 0,35 persen lagi untuk mencapai target nasional 14 persen pada 2025,” jelasnya.
Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia DI Yogyakarta, Sri Darmadi Sudibyo, menambahkan bahwa wakaf memiliki peran strategis sebagai investasi sosial makro. “Semakin besar investasi sosial, maka akan semakin kecil biaya yang ditanggung masyarakat. Dana wakaf dapat digunakan untuk membangun fasilitas publik dan memperkuat ekonomi sosial,” ujarnya, Kamis 22 Mei 2025.
Kepala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat, dan Wakaf Kanwil Kemenag DIY, Hj. Nur Huda, turut mengapresiasi kemajuan Gunungkidul dalam pemberdayaan ekonomi umat berbasis zakat dan wakaf.
Dalam acara peluncuran ini, dilakukan penyerahan simbolis bukti wakaf kepada para wakif sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka. Juga diserahkan secara simbolis hasil pengemasan daging kurban BSI Maslahat tahun 2025 kepada Wakil Bupati Gunungkidul.
Acara ditutup dengan sesi edukasi bertema Literasi Islamic Social Finance, yang bertujuan memberikan pemahaman mendalam tentang potensi keuangan sosial Islam sebagai solusi inovatif dalam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan program ini, diharapkan upaya penanganan stunting di Gunungkidul dapat berjalan secara berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.[*]